Monday, July 1, 2019

Perjuangan Bersenjata Setelah Proklamasi Kemerdekaan

Perjuangan Bersenjata Setelah Proklamasi Kemerdekaan

Perjuangan Bersenjata Setelah Proklamasi Kemerdekaan
Monday, July 1, 2019

Upaya Mempertahankan Keutuhan Negara dan Bangsa

Perjuangan mempertahankan keutuhan negara dan bangsa berkaitan dengan kedatangan pasukan Sekutu setelah proklamasi kemerdekaan serta terjadinya gejala disintegrasi bangsa hingga tahun 1965. Bangsa Indonesia berjuang mempertahankan keutuhan negara dan bangsa melalui perjuangan bersenjata dan perjuangan diplomasi.

Perjuangan Bersenjata Setelah Proklamasi Kemerdekaan

Kedatangan Sekutu di Jakarta pada akhir bulan September 1945 membawa ancaman bagi kemerdekaan Indonesia. Pada awalnya Sekutu hanya bertugas melucuti tentara Jepang dan memulangkan tawanan perang. Akan tetapi, dalam perkembangannya kedatangan pasukan Sekutu yang diboncengi NICA justru berupaya menguasai kembali wilayah Republik Indonesia. Upaya tersebut menimbulkan pertempuran di berbagai daerah seperti berikut

a. Pertempuran Lima Hari di Semarang
Pertempuran Lima Hari di Semarang

Pertempuran Lima Hari di Semarang dilatar belakangi bentrokan antara para pemuda dan pasukan Jepang. Pada tanggal 14 Oklober 1945 sekira empat ratus tentara Jepang dibawa oleh para pemuda dari pabrik gula Cepiring ke penjara Bulu, Semarang. Pasukan Jepang berhasil melarikan diri dan bergabung dengan pasukan Kidobutai di Jatingaleh. Akibatnya, pecah pertempuran antara para pemuda dan pasukan Jepang. Pasukan Jepang juga membalas aksi para pemuda dan membunuh dr. Kariadi yang sedang memeriksa persediaan air minum Peristiwa tersebut memicu kemarahan para pemuda. Pertempuran antara pasukan Jepang dan pemuda berlangsung hingga tanggal 19 Oktober 1945.

b. Pertempuran Kotabaru di Yogyakarta
Sejarah Yogyakarta

Pada tanggal 27 September 1945 Komite Nasional Indonesia Daerah (KNID) mengeluarkan pengumuman yang menyatakan Yogyakarta telah kembali ke wilayah Indonesia. KNID meminta agar pimpinan pemerintahan Jepang segera meninggalkan Yogyakarta. Pada tanggal 5 Oktober 1945 gedung Cokan Kantai (kini gedung Agung) berhasil diambil alih pihak Indonesia. Selain itu, para pejuang dan rakyat Yogyakarta berusaha merebut senjata dari markas tentara Jepang. Usaha tersebut menyebabkan terjadinya pertempuran antara pemuda dan rakyat melawan tentara Jepang di Kotabaru. Akhirnya, pada tanggal 7 Oktober 1945 gabungan pasukan rakyat berhasil menguasai Kotabaru dan melucuti senjata tentara Kaigun di Maguwo.

c. Pertempuran Surabaya
Bung Tomo

Pada tanggal 25 Oktober 1945 tentara Sekutu (AFNEI) tiba di Surabaya di bawah pimpinan Brigadir Jenderal A.W.S. Mallaby. Dalam perkembangannya, kedatangan Sekutu menimbulkan bentrokan antara pasukan Sekutu dan para pejuang hingga mengakibatkan Brigadir Jenderal A.W.S Mallaby terbunuh. Tewasnya Mallaby menimbulkan kemarahan Inggris. Selanjutnya, pada tanggal 9 November 1945 Sekutu mengeluarkan ultimatum agar para pejuang dan rakyat Surabaya menyerah kepada Sekutu. Ultimatum tersebut diabaikan oleh rakyat Surabaya. Akhirnya, pada tanggal 10 November 1945 terjadi pertempuran besar antara rakyat Surabaya dan pasukan Sekutu.

d. Pertempuran Ambarawa
Pertempuran Ambarawa dilatarbelakangi angan tentara Sekutu di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945 di bawah pimpinan Brigjen Bethel. Kedatangan pasukan Sekutu diboncengi oleh pasukan NICA. Pasukan NICA kemudian membebaskan para intemiran Belanda di Magelang dan Ambarawa serta mempersenjatai para tawanan tersebut. Pada tanggal 20 November 1945 terjadi pertempuran antara TKR melawan tentara Sekutu dan NICA di Ambarawa. Pasukan Sekutu berhasil dikepung oleh pasukan TKR yang dipimpin Kolonel Sudirman. Akhirnya, pada tanggal 15 Desember 1945 pasukan Sekutu terdesak dan mundur ke Semarang.

e. Pertempuran Medan Area
Pada tanggal 9 Oktober 1945 tentara Sekutu tiba di Kota Medan di bawah pimpinan Brigjen T.E.D. Kelly. Tentara NICA yang membonceng pasukan Sekutu memancing insiden dengan pemuda setempat. Permusuhan antara Sekutu yang diboncengi NICA dan rakyat semakin meluas. Bahkan, pada tanggal 1 Desember 1945 Sekutu memasang papan yang bertuliskan Fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudut kota. Sejak saat itu, bentrokan antara para pemuda dan NICA menjalar ke seluruh Kota Medan.

f. Bandung Lautan Api
Bandung Lautan Api

Peristiwa Bandung Lautan Api diawali kedatangan Sekutu beserta tentara NICA di Kota Bandung pada bulan Oktober 1945. Pada tanggal 21 November 1945 Sekutu mengultimaturm rakyat dan pasukan TRI agar mengosongkan Kota Bandung Utara. Akan tetapi, ultimatum tersebut ditolak sehingga menimbulkan pertempuran antara rakyat dan Sekutu. Selanjutnya, pada tanggal 23 Maret 1946 Sekutu kembali memberi ultimatum kepada rakyat Bandung agar mengosongkan Kota Bandung Selatan.

Pemerintah dan TRI kemudian memerintahkan rakyat agar mengosongkan Kota Bandung dan mundur ke luar kota sejauh 11 km. Sebelum meninggalkan kota, masyarakat Bandung membakar habis Kota Bandung Selatan. Tujuannya agar pasukan Sekutu tidak dapat memanfaatkan fasilitas yang ada di Kota Bandung.

g. Pertempuran Margarana margarana
Belanda tiba di Pulau Bali pada tanggal 2-3 Maret 1946 dengan tujuan membentuk negara boncka di wilayah Indonesia Timur Akan tetapi, upaya Belanda tersebut ditentang oleh IGusti Ngurah Rai, komandan TKR untuk resimen Sunda Kecil. Selanjutnya, pada tanggal 18 November 1946 I Gusti Ngurah Raimulai menyerang Belanda. Dalam serangan ini I Gusti Ngurah Rai berhasil menggempur Tabanan dan memaksa satu detasemen Belanda menyerah. Peristiwa ini membuat Belanda mengerahkan seluruh kekuatan yang ada di seluruh Bali dan Lombok untuk membalas aksi Ngurah Rai. Akhirnya, pada tanggal 20 November 1946 terjadi pertempuran besar-besaran antara pasukan Belanda dan pasukan I Gusti Ngurah Rai di Margarana.

h. Agresi Militer I Belanda
Agresi Militer 2 Belanda

Agresi Militer I Belanda terjadi pada tanggal 21 Juli 1947. Dalam Agresi Militer Belanda berhasil menguasai sejumlah kota utama di Jawa Barat, Jawa Timur, dan Madura. Belanda juga berhasil merebut sejumlah daerah bernilai ekonomis di Sumatra. Agresi Militer I Belanda gagal menghancurkan kekuatan TNI. Bahkan, PBB mengecam Agresi Militer Belanda tersebut. Belanda dianggap menyerang wilayah yang telah diakui secara de facto berdasarkan hasil Perundingan Linggajati. Oleh karena itu, PBB mendesak Belanda dan Indonesia untuk melakukan gencatan senjata dan kembali mengadakan perundingan.

i. Agresi Militer II Belanda
Pada tanggal 19 Desember 1948 Belanda melancarkan Agresi Militer II. Dalam Agresi Militer II Belanda berhasil menguasai Yogyakarta dan menangkap para pemimpin Republik Indonesla. Para pemimpin Republik Indonesia kemudian diasingkan ke Pulau Bangka. Kondisi tersebut membuat Belanda beranggapan bahwa mereka telah berhasil menghancurkan Republik Indonesia.

Meskipun demikian, sebelum tertangkap Belanda Presiden Soekamo sempat mengirim telegram ke Bukittinggi dan menugasi Mr.Sjafruddin Prawiranegara membentuk Pemerintahan Darurat Republik Indonesia (PDRI) di Bukittinggi. Pada saat yang sama, Menlu Agus Salim mengirim telegram kepada A.A. Maramis agar membentuk pemerintahan darurat di India jika Sjafruddin Prawiranegara gagal membentuk pemerintahan darurat.

Perjuangan Bersenjata Setelah Proklamasi Kemerdekaan
4/ 5
Oleh


EmoticonEmoticon