Tuesday, June 11, 2019

Sejarah Perlawanan Bangsa Indonesia Menghadapi Penjajah Hingga Abad XX

Sejarah Perlawanan Bangsa Indonesia Menghadapi Penjajah Hingga Abad XX

Sejarah Perlawanan Bangsa Indonesia Menghadapi Penjajah Hingga Abad XX
Tuesday, June 11, 2019
Perlawanan bangsa Indonesia terhadap kolonialisme Barat sebelum abad XX masih mengandalkan perjuangan fisik. Berikut beberapa perlawanan rakyat Indonesia terhadap kolonialisme Barat.

1. Perlawanan Rakyat Aceh

Keberhasilan Portugis menguasai Malaka pada tahun 1511 dianggap ancaman oleh Aceh. Oleh karena itu, Sultan Salahudin Riayat Syah Kahar memimpin pasukannya menyerang Portugis di Malaka. Meskipun demikian, upaya ini belum menuai keberhasilan. Pada masa pemerintahan Sultan Iskandar Muda, Aceh kembali menyerang Portugis di Malaka sebagai upaya memutus hegemoni Portugis dan menegakkan kedaulatan Aceh. Akan tetapi, serangan ini juga belum mampu mengalahkan dominasi Portugis di Malaka.
Perlawanan Rakyat Aceh

2. Perlawanan Rakyat Maluku

Perlawanan rakyat Ternate melawan Portugis dipimpin oleh Sultan Hairun (1534-1570). Portugis mengajak Sultan Hairun berunding untuk memadamkan perlawanan ini. Akan tetapi, dalam perundingan tersebut Portugis membunuh Sultan Hairun. Selanjutnya, perlawanan dipimpin oleh Sultan Baabullah (1570-1583). Akhirnya, pada tahun 1575 Sultan Baabullah berhasil mengusir Portugis dari Kepulauan Maluku.
Perlawanan Rakyat Maluku

Selain melawan Portugis, rakyat Maluku berperang melawan VOC. Perlawanan ini dipicu oleh monopoli perdagangan yang dilakukan VOC di Maluku, dan campur tangan VOC dalam penobatan Sultan Tidore. Perlawanan rakyat Tidore dipimpin oleh Sultan Nuku. Dalam perlawanan ini Sultan Nuku mendapat dukungan dari rakyat Maluku dan Sultan Ternate.

3. Perlawanan Sultan Agung
Sultan Agung merupakan pemimpin yang tidak menyukai monopoli dagang VOC. Ketidaksenangan Sultan Agung terhadap VOC ditunjukkan dengan dua kali serangan ke Batavia. Pada tahun 1928 Sultan Agung mengirim pasukan di bawah pimpinan Tumenggung Bahurekso untuk menyerang Batavia. Dalam serangan ini pasukan Mataram membendung Sungai Ciliwung agar benteng VOC kekurangan air dan terjangkit wabah kolera. Akan tetapi, serangan ini mengalami kegagalan karena kekuatan VOC lebih unggul.

Serangan kodua terhadap VOC terjadi pada tahun 1929. Pada serangan ini Sultan Agung meningkatkan jumlah pasukan. Meskipun demikian, serangan kedua ini juga gagal karena pasukan Sultan Agung kekurangan bahan makanan setelah VOC membakar lumbung-lumbung padi milik pasukan Mataram.

4. Perlawanan Rakyat Banten
Perlawanan rakyat Banten terhadap VOC dipimpin oleh Sultan Ageng Tirtayasa. Perlawanan ini dipicu oleh monopoli perdagangan VOC yang mengganggu perdagangan rakyat Banten. Perlawanan rakyat Banten berhasil dikalahkan setelah VOC menerapkan politik adu domba (devide et impera). Politik ini diterapkan dengan menghasut Sultan Haji yang merupakan putra Sultan Ageng Tirtayasa.


5. Perlawanan Rakyat Makassar
Letak wilayah Makassar yang strategis untuk kegiatan perdagangan menarik perhatian VOC untuk melakukan monopoli. Upaya monopoli VOC diakukan dengan cara menyerang Makassar pada tahun 1654. Akan tetapi, upaya ini berhasil digagalkan oleh perlawanan rakyat Makassar yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin.

Pada tahun 1666 VOC kembali menyerang Makassar. Dengan bantuan Pangeran Bugis bernama Aru Palaka, perlawanan Sultan Hasanuddin berhasil dilumpuhkan. Sultan Hasanuddin dipaksa menandatangani Perjanjian Bongaya (1667). Berdasarkan Perjanjian Bongaya, VOC berhak memonopoli perdagangan di Makassar.

6. Perlawanan Rakyat Maluku

Perlawanan Rakyat Maluku
Perlawanan rakyat Maluku melawan Belanda dipimpin oleh Thomas Matulessy atau dikenal dengan nama Pattimura. Perlawanan ini aiawali dengan aksi pembakaran perahu-perahu Belanda pada tanggal 15 Mei 1817. Dalam aksi ini benteng Duurstede berhasil diduduki dan Residen van den Berg tertembak mati. Meskipun demikian, perlawanan Pattimura akhirnya berhasil dipadamkan cleh Belanda.

7. Sejarah Perang Padri
Perang Padri terjadi dalam tiga fase. Fase pertama (1821-1825) adalah penyerangan pos-pos patroli Belanda. Dalam serangan ini pasukan Padri dipimpin oleh Tuanku Nan Renceh dan Tuanku Pasamah. Fase pertama ditandai dengan kemenangan kaum Padri. Fase kedua (1825-1830) ditandai dengan ajakan damai Belanda. Akan tetapi, ajakan damai ini ditolak oleh Tuanku Imam Bonjol. Tuanku Imam Bonjol terus melakukan perlawanan. Adapun fase ketiga (1830-1838) terjadi setelah Perang Diponegoro di Jawa. Pada fase ini Belanda berhasil mengakhiri Perang Padri melalui strategi benteng stelsel.

8. Sejarah Perang Diponegoro
Perang Diponegoro
Perlawanan Pangeran Diponegoro terjadi akibat pemasangan patok yang melawati tanah leluhurnya di Tegalrejo untuk dibuat jalan atas perintah Patih Danurejo yang memihak Belanda. Perang Diponegoro atau Perang Jawa (1825-1830) meluas ke berbagai daerah di Jawa seporti Banyumas, Kedu, Semarang, Rembang, Madiun, dan Magetan. Perang ini mendapat dukungan dari rakyat dan para ulama. Pada tahun 1825-1826 Pangeran Diponegoro berhasil meraih kemenangan berkat strategi perang gerilya. Meskipun demikian, Belanda akhirnya berhasil mengakhiri Perang Diponegoro melalui strategi benteng stelsel.

9. Sejarah Perang Puputan
Perang Puputan

Pada tahun 1846 Belanda mengirim pasukan ke Buleleng. Belanda mengultimatum Kerajaan Buleleng agar mengakui kekuasaan Belanda, menghapus hak tawan karang, dan memberi perlindungan kepada para pedagang Belanda. Kerajaan Buleleng tidak menghiraukan ultimatum tersebut. Bahkan, di bawah pimpinan I Gusti Ketut Jelantik Kerajaan Buleleng melancarkan perang puputan (habis-habisan) terhadap Belanda. Meskipun demikian, Belanda berhasil memadamkan perlawanan rakyat Bali.

10. Perang Banjar
Perang Banjar disebabkan oleh ketidakpuasan para pembesar Kerajaan Banjarterhadap.campur tangan Belanda dalam pengangkatan sultan. Selanjutnya, Pangeran Antasari dan Demang Lehman berupaya menggulingkan pemerintahan Pangeran Tamjidillah yang pro-Belanda. Pangeran Antasari melawan Belanda dengan menyerang tambang batu bara dan pos-pos pertahanan Belanda. Dalam perlawanan ini Pangeran Antasari mendapat dukungan dari rakyat dan ulama.

11. Perang Aceh
Perang Aceh

Perang Aceh terjadi dalam tiga fase, yaitu Perang Aceh pertama (1873-1884), Perang Aceh kedua (1884-1896), dan Perang Aceh ketiga (1896-1904). Pada Perang Aceh pertama pasukan Belanda dipimpin Jenderal J.H. Kohler. Pada perang ini pasukan Belanda harus mengakui ketangguhan pasukan Aceh. Pada perang fase kedua Belanda mengutus Snouck Hurgronje untuk menyelidiki kelemahan rakyat Aceh. Pada fase ketiga Belanda berhasil menaklukkan perlawanan rakyat Aceh yang ditandai dengan penangkapan tokoh-tokoh pemimpin Perang Aceh.

12. Perang Tapanuli
Pada tahun 1903-1904 Belanda mengirim pasukan di bawah pimpinan Jenderal van Daelen untuk menaklukkan Tapanuli. Belanda berdalih penyerangan ini merupakan upaya menangkap pejuang Aceh yang melarikan diri ke wilayah Tapanuli. Perlawanan rakyat Tapanuli dipimpin oleh Sisingamangaraja XIl. Perlawanan Sisingamangaraja XII berhasil dipadamkan setelah Belanda mendatangkan bantuan pasukan dari beberapa daerah seperi Aceh, Sibolga, dan Sumatra Barat.
Sejarah Perlawanan Bangsa Indonesia Menghadapi Penjajah Hingga Abad XX
4/ 5
Oleh


EmoticonEmoticon